Showing posts with label hewan peliharaan. Show all posts
Showing posts with label hewan peliharaan. Show all posts

11/23/11

Keunikan Burung Hantu

Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil. Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka dinamankan Burung  Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk  darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni. Akhir-akhir ini kerap kali burung  ini dijadi kan sebagai Hewan Peliharaan.

Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis Hewan Peliharaan burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.

Umumnya Burung Hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.

Burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari.nMata yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat; paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu  mencengkeram dengan kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara. Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.

11/14/11

Jenis-jenis Burung Elang

Elang Hitam
Dinamai demikian ialah karena warna bulu Hewan Peliharaan ini yang seluruhnya berwarna hitam, meski ada pula beberapa jenis elang yang lain yang juga berwarna hitam. Burung yang berukuran besar, dengan panjang (dari paruh hingga ujung ekor) sekitar 70 cm. Sayap dan ekornya panjang, sehingga burung ini tampak sangat besar bilamana terbang. Seluruh tubuh berwarna hitam, kecuali kaki dan sera (pangkal paruh) yang berwarna kuning. Sebetulnya terdapat pola pucat di pangkal bulu-bulu primer pada sayap dan garis-garis samar di ekor yang bisa terlihat ketika burung ini terbang melayang, namun umumnya tak begitu mudah teramati.

Sayap terbentang lurus, sedikit membentuk huruf V, dengan pangkal sayap lebih sempit daripada di tengahnya, serta bulu primer yang terdalam membengkok khas, membedakannya dari elang brontok (Spizaetus cirrhatus) bentuk yang hitam. Elang hitam juga sering terbang perlahan, rendah dekat kanopi (atap tajuk) hutan. Terdapat 2 pose terbang, saat gliding (meluncur) dan soaring (mengintai). Saat gliding bulu paling ujung menekuk kedalam, dan saat soaring bulu ini terbentang dan terlihat menyamping.

Penyebaran dan kebiasaan
Elang hitam menyebar luas mulai dari India, Sri Lanka hingga Asia Tenggara, Sunda Besar, Sulawesi dan Maluku. Burung ini hidup memencar di dataran rendah, hutan perbukitan hingga wilayah yang bergunung-gunung pada ketinggian sekitar 1.400 m (di Jawa hingga sekitar 3.000 m) dpl. Memangsa aneka jenis mamalia kecil, kadal, burung dan terutama telur, elang hitam dikenal sebagai burung perampok sarang. Melayang indah, burung ini kerap teramati terbang berpasangan di sisi bukit atau lereng gunung yang berhutan. Dengan tangkas dan mudah elang ini terbang keluar masuk dan di sela-sela tajuk pepohonan. Cakarnya yang tajam terspesialisasi untuk menyambar dan mencengkeram mengsanya dengan efektif.

Sarang berukuran besar terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan yang tersusun tebal, diletakkan pada cabang pohon yang tinggi di hutan yang lebat. Bertelur satu atau dua butir, bulat oval, sekitar 65 x 51 mm, berwarna kuning tua bernoda coklat kemerahan. Di Jawa berbiak pada sekitar bulan Mei.

Elang Brontok
Elang Brontok dinamai demikian kemungkinan karena Hewan Peliharaan ini memiliki warna yang berbercak-bercak (pada bentuk yang berwarna terang). Namanya dalam bahasa Inggris adalah Changeable Hawk-eagle karena warnanya yang sangat bervariasi dan berubah-ubah, sedangkan nama ilmiahnya yalah Spizaetus cirrhatus.

Elang brontok berbiak di wilayah yang luas, mulai dari kawasan Asia selatan di India dan Sri Lanka, tepi tenggara Himalaya, terus ke timur dan selatan melintasi Asia Tenggara hingga ke Indonesia dan Filipina.

Ekologi dan kebiasaan
Elang brontok hanya berpasangan di musim berbiak, dan di luar waktu-waktu tersebut sering ditemukan menjelajah sendirian di hutan-hutan terbuka, sabana dan padang rumput. Burung ini menyukai berburu di tempat terbuka dan menyerang mangsanya yang berupa reptil, burung atau mamalia kecil dari tempatnya bertengger di pohon kering atau dari udara. Tidak jarang burung ini merampok kawanan ayam di pedesaan.

Di Indonesia, burung ini didapati di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Sarangnya berukuran besar, dibuat dari ranting-ranting pohon dan dedaunan di pohon yang tinggi. Telur satu butir (jarang dua) berwarna putih dengan bintik kemerah-merahan. Di Jawa, elang brontok bersarang antara bulan April sampai sekitar Agustus atau Oktober.

Elang Jawa
Elang Jawa atau dalam nama ilmiahnya Nisaetus bartelsi adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.

Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.

Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis. Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.

Penyebaran, ekologi dan konservasi
Elang Jawa, Kebun Binatang Bandung

Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.

Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 m dpl.

Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.

Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.

Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.

Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus dan Quercus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200-300 m dari tempat rekreasi.

Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor. Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. Pembalakan liar dan konversi hutan menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa. Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai Hewan Peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.

Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan elang Jawa ke dalam status EN (Endangered, terancam kepunahan). Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.

Catatan taksonomis
Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.

Baru di tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch, mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. Stresemann memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik bartelsi, untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung Spizaetus nipalensis.

Demikianlah, burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis bartelsi, hingga akhirnya pada tahun 1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus bartelsi.

11/12/11

Burung Elang

Burung Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya dan Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang.

Burung pemangsa (pemakan daging atau karmivora) makanan utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus, tupai dan ayam. Terdapat sebagian elang yang menangkap ikan sebagai makanan utama mereka. Biasanya elang tersebut tinggal di wilayah perairan. ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat besar dibandingkan dengan jenis burung Hewan Peliharaan yang lainnya dan mempunyai rentang umur yang sangat panjang. Karena laju reproduksinya cukup rendah dan sering diburu maka Burung Elang termasuk kedalam jenis burung langka.

Elang mempunyai struktur otot dan sifat tulang yang unik, paruh elang tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat untuk mengoyak daging mangsanya. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta memiliki sayang yang lebar yang menyebabkan burung ini dapat terbang dengan jarak yang sangat jauh. Elang pun memiliki daya penglihatan yang sangat tajam untuk memburu mangsanya dari jarak yang sangat jauh.

Selain itu elang mempunyai sistem pernafasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Jantung burung elang terdiri dari empat bilik seperti manusia. Bilik atas dikenal sebagai atrium, sementara bilik bawah dikenali sebagai ventrikel. Oleh sebab kemampuannya yang burung ini miliki, maka elang berada dipuncak rantai makanan dalam ekosistem lingkungannya.

Jenis-jenis elang
    Elang Hitam
    Elang Brontok
    Elang Merah
    Elang Jawa

11/11/11

Beo Nias (Gracula religiosa robusta)

Beo nias (sering disebut juga sebagai Ciong atau Tiong; Inggris, Common Hill Myna) merupakan salah satu subspesies (anak jenis) burung beo yang hanya terdapat (endemik) di pulau Nias, Sumatera Utara. Beo nias yang mempunyai ukuran paling besar dibandingkan subspesies beo lainnya paling populer dan banyak diminati oleh para pencinta burung sebagai Hewan Peliharaan lantaran kepandaiannya dalam menirukan berbagai macam suara termasuk ucapan manusia. Sayang, beo nias yang endemik Sumatera Utara ini semakin hari semakin langka.

Ciri dan Tingkah Laku Beo Nias.
Beo nias (Gracula religiosa robusta) termasuk burung berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 40 cm. Ukuran beo nias lebih besar dari pada jenis beo lainnya. Bagian kepala burung beo nias berbulu pendek. Sepanjang cuping telinga beo nias menyatu di belakang kepala yang bentuknya menggelambir ke arah leher.

Gelambir cuping telinga ini berwarna kuning mencolok. 
Di bagian kepala beo nias juga terdapat sepasang pial yang berwarna kuning dan terdapat di sisi kepala. Iris mata burung endemik ini berwarna coklat gelap. Paruhnya runcing berwarna kuning agak oranye. Hampir seluruh badan beo nias tertutup bulu yang berwarna hitam pekat, kecuali pada bagian sayap yang berbulu putih. Kaki burung endemik nias ini berwarna kuning dengan jari-jari berjumlah empat. Tiga jari di antaranya menghadap ke depan, sedangkan sisanya menghadap ke belakang.

Beo nias (Gracula religiosa robusta) hidup secara berpasangan atau berkelompok. Burung pengicau endemik pulau Nias ini biasa bersarang dengan membuat lubang pada batang pohon yang tinggi dan tegak. Burung beo nias adalah pemakan buah-buahan dan sesekali memakan serangga.

Ciri yang membedakan burung beo nias dengan jenis beo lainnya adalah ukuran tubuhnya yang lebih besar serta sepasang gelambir cuping telinga berwarna kuning pada Beo Nias yang menyatu sedangkan beo biasa terpisah.

Habitat dan Persebaran.
Burung beo nias (Gracula religiosa robusta) merupakan satwa endemik Sumatera Utara yang hanya bisa dijumpai di Pulau Nias dan sekitarnya seperti Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau Simo dan Pulau Bangkaru. Burung beo nias menyukai hutan yang dekat perkampungan atau tempat terbuka pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dpl. sebagai habitatnya.

Populasi dan Konservasi.
Populasi burung endemik yang menjadi fauna identitas Sumatera Utara ini hingga sekarang tidak diketahu dengan pasti. Namun yang pasti semakin hari burung pengicau ini semakin sulit ditemukan di alam liar. Bahkan IPB bersama Kementerian Kehutanan yang pernah melakukan penelitian dari 1996-1997 hanya bisa menemukan 7 ekor burung beo nias saja.

11/9/11

Burung Beo

Beo, mamiang, atau tiong emas (Gracula) adalah sejenis burung anggota suku Sturnidae (jalak dan kerabatnya). Wilayah persebaran alaminya adalah mulai dari Sri Lanka, India, Himalaya, ke timur hingga Filipina, jawa hingga kepulauan sunda kecil. Burung ini dapat ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi lebih dari 2000m. Karena kemampuannya menirukan bahasa manusia, burung ini menjadi hewan peliharaan populer.

Beo (Gracula) dibagi menjadi empat subspesies. Antara lain :

    Beo Biasa, Gracula religiosa
    Beo Enggano, Gracula enganensis,
    Beo Nias, Gracula robusta,
    Beo Sri Lanka, Gracula ptilogenys,

Beo biasa terdiri dari subspesies: Gracula religiosa andamanensis Beavan 1867 – Beo Andaman. Kepulauan Andaman dan Nicobar.

    Gracula religiosa batuensis – Beo Kepulauan Batu and Mentawai
    Gracula religiosa halibrecta Oberholser 1926 – Beo Nikobar besar.
    Gracula religiosa intermedia – Beo Indocina. Tersebar dari barat laut Indocina, timur laut India, hingga selatan Cina.
    Gracula religiosa palawanensis – Beo Pulau Palawan, Filipina.
    Gracula religiosa peninsularis – Beo Bastar. India tengah.
    Gracula religiosa religiosa – Beo Kepulauan Sunda Besar.
    Gracula religiosa venerata – Beo Kepulauan Sunda Kecil.
    Gracula religiosa mertensii – Beo Pulau Flores

Burung Beo adalah jenis burung yang kerap kali di jadikan sebagai Hewan Peliharaan yang sangat digemari orang karena kepandaiannya berbicara. Di alam, jenis burung ini hidup di hutan-hutan basah, terutama di bukit-bukit dataran rendah sampai daerah ketinggian 1000-2000 m di atas permukaan laut. Beo menyukai buah-buahan yang berdaging tebal dan tidak keras. Ia juga meminum nektar bunga. Untuk memenuhi kebutuhan protein burung beo makan serangga seperti belalang, jangkrik, capung dan telur semut. Beo bertelur dua sampai tiga butir setiap musim bertelur. Hewan Peliharaan ini adalah burung yang tampak gagah & tampan, ukurannya agak lebih besar dari beo biasa & tubuhnya lebih kekar. Pilihan Beo Nias menjadi identitas Sumatera Utara memang tepat, karena burung ini hanya terdapat di Pulau Nias. Burung ini adalah penghuni hutan dan tinggal pada tajuk pohon yang tinggi. Beo ini mempunyai peran sebagai pemencar biji di hutan.

Sumber; http://id.wikipedia.org/wiki/Beo

Burung Puyuh

Puyuh adalah nama untuk beberapa genera dalam familia Phasianidae. Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk. Mereka pemakan biji-bijian namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek. Beberapa spesies seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak yang jauh.

Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena telurnya. Keluarga burung puyuh termasuk jenis burung yang sering dimakan. Burung puyuh sering dimasak ala Prancis. Daging burung puyuh juga biasa ditemukan pada masakan Malta, Portugis, dan India. Burung puyuh umumnya dimakan bersama dengan tulangnya karena mudah dikunyah dan karena ukurannya yang kecil sangat menyulitkan untuk mengeliminasi tulang dari dagingnya.

Telur burung puyuh juga merupakan makanan yang lezat. Seringkali mereka dimakan mentah bersama sushi dan umum ditemukan pada menu makan siang Jepang. Di Kolombia, telur burung puyuh rebus digunakan untuk pelengkap hot dog dan hamburger. Di Filipina, telur burung puyuh yang direbus dan dicelup dengan saus lalu digoreng dengan banyak minyak adalah jajanan lokal yang populer.

Telur burung puyuh dipercaya memiliki kolesterol yang tinggi, namun penelitian menunjukkan bahwa kandungan kolesterol yang terdapat pada telur burung puyuh adalah sama dengan telur ayam. Di indonesia Burung Puyuh tidak hanya dijadikan sebagai Hewan Peliharaan saja tetapi semenjak akhir tahun 1979 burung puyuh dijadikan hewan ternak.

Sebelum seseorang memulai bisnis perternakan puyuh, setidaknya ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan, yakni management (pengelolahan usaha), breeding (pembibitan), dan feeding (pakan ternak). Selanjutnya perternak harus menyiapkan kandang, dalam hal ini kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat celsius; untuk kelembapan berkisar 30%-80%; penerangan pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan pada malam 40-60 watt( hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan).

Beternak burung puyuh pada dasarnya memiliki tiga tujuan. Pertama, untuk produksi telur konsumsi. Kedua, beternak untuk produksi daging puyuh. Dan ketiga, beternak puyuh untuk produksi telur tetas.

11/7/11

Anis Merah Atau Punglor

Anis merah atau punglor merah atau punglor cacing, yang sering juga disebut anis bata atau punglor bata (Zoothera citrina) tak pelak lagi merupakan burung berkicau yang sangat populer sebagai Hewan Peliharaan bagi kicauan mani. Anis Merah tidak hanya dapat ditemukan di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain, seperti Bangladesh, Bhutan, Cambodia, China, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, SriLanka, Thailand, dan Vietnam. Jumlah Anis Merah di seluruh tempat hidupnya diperkirakan tidak mengalami penurunan lebih dari 30% dalam 10 tahun terakhir, sehingga salah satu lembaga pelestari burung internasional (Birdlife international) masih merekomendasikan burung ini dicatat dengan status belum terancam punah (Least Concern) pada daftar burung-burung terancam punah di seluruh dunia (IUCN Red List) tahun 2008.

Meski demikian, jumlah Anis Merah di Jawa diperkirakan telah menurun dengan sangat tajam akibat maraknya penjaringan burung untuk dijual sebagai Hewan Peliharaan (http://www.reference.com/browse/all/Orange-headed). Sementara itu di seluruh daratan asia tenggara jumlahnya dikhawatirkan akan terus menurun akibat semakin sedikitnya daerah berpohon.

Secara internasional, anis merah pertama kali dideskripsikan atau diberi nama ilmiah oleh John Latham pada tahun 1790 dengan nama Turdus citrinus. Perbedaan kenampakan Anis Merah yang terdapat di berbagai tempat membuat para ahli burung membedakan jenis ini menjadi beberapa ras, namun Rasmussen dan Anderton (2005) menyatakan bahwa terdapat kemungkinan adanya beberapa jenis dalam 12 ras.

Di Indonesia, anis merah terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Di Sumatra diperkirakan merupakan pendatang (migran) dari daratan Asia dan kemungkinan terdapat dua ras yaitu ras Zoothera citrina innotata dan ras Zoothera citrina gibsonhilli. Di Kalimantan bagian utara merupakan burung penetap di daerah pegunungan, antara 1000 – 1500 meter di atas permukaan laut dan hanya diketahui dari sedikit catatan di G.Kinabalu dan Trus Madi yang merupakan ras Zoothera citrina aurata. Di Jawa dan Bali dapat ditemukan sampai ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Ras yang terdapat di Jawa bagian barat adalah Zoothera citrina rubecula

Zoothera citrina rubeculadan yang ada di Jawa bagian timur dan Bali adalah Zoothera citrina orientis. Kedua ras ini hanya dibedakan dari panjang sayapnya. Penamaan ras Zoothera citrina rubecula dilakukan oleh Gould pada tahun 1836, sementara itu nama ras Zoothera citrina orientis diberikan oleh Bartels Jr. pada tahun 1938. Beberapa ahli burung meragukan perbedaan ras anis merah yang terdapat di Jawa bagian barat dengan Jawa bagian timur dan Bali ini. Anis merah mencari makan di atas tanah dengan tanaman bawah pohon yang rapat. Sangat aktif mencari makan di bawah bayang-bayang sinar matahari dengan membongkar-bongkar seresah dedaunan untuk mencari serangga, laba-laba, cacing dan buah-buahan yang telah jatuh di tanah. Di Malaysia, anis merah sering teramati memakan buah beringin.

Sarang anis merah berbentuk seperti mangkuk yang dangkal dan tersusun dari akar pohon, daun, dan seresah. Kedua induk aktif membangun sarang yang seringkali dibangun pada ketinggian lebih dari 4,5 meter dan diletakkan pada pohon kecil atau semak. Telur sebanyak dua sampai empat, seringkali tiga, dierami selama 13-14 hari sampai menetas. Setelah menetas, anak dirawat sekitar 12 hari sampai dapat keluar dari sarang.

(http://www.reference.com/browse/all/Orange-headed). Terry Gonsolvis (seorang penangkar di Bristol, Inggris) telah berhasil menangkarkan anis merah dari ras Zoothera citrina cyanotus. Arkum (seorang penangkar di Depok, Bogor) telah berhasil menangkarkan anis merah dengan menitipkan telurnya pada burung anis kembang (http://www.kicaumania.org). Bagi penggemar Burung Berkicau, Anis Merah (Zoothera citrina) berada di urutan pertama sebagai burung paling banyak diminati. Selain karena suara mendayu-dayu, gaya ocehannya bisa membuat orang takjub. Kepalanya bergerak ke kiri dan kekanan alias bergaya teler.

Burung Punglor (Zootheria Citrina) yang tergolong Vertebrata marga Zootheria, bangsa passeriformes, suku Turdidae, dan kelas Aves ini memiliki bulu yang indah. Habitat Punglor adalah hutan sekunder dataran rendah dan dataran yang memiliki ketinggian hingga 900 M di atas permukaan air laut. Di wilayah Sleman, burung yang bersuara merdu ini berhabitat kebun Salak Pondoh. Dengan makanan utama cacing tanah dan kumbang (uret), Punglor merupakan predator bagi hama tanaman Salak Pondoh.

10/29/11

Burung Sulingan Sang Petarung

Burung Sulingan atau burung tledekan adalah salah satu Hewan Peliharaan jenis burung petarung, sebagaimana juga burung berkicau murai batu dan burung kacer.  Sifat petarungnya muncul seiring dengan bertambahnya umur dan tingakat birahi.

Burung ini sama seperti burung-burung petarung lain yang memiliki daerah teritorial yang sangat dijaga. burung sulingan ini mempunyai panjang badan berkisar antara 8 sampai dengan 20cm. Yang membedakan jenis kelamin antara jantan dengan betina pada burung ini adalah dengan membedakan pola warna, untuk burung sulingan jantan warnanya kontras daripada Hewan Peliharan burung sulingan bertina.

10/28/11

Tikus Putih Atau Mencit

Tikus putih adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat, termasuk dalam keluarga rodentia, sehingga masih termasuk kerabat dengan hamster, gerbil, tupai, dan mahluk pengerat lainnya. Tikus (mus musculus) merupakan makanan yang paling digemari oleh reptilia karena kandungan gizinya lebih banyak dari pada katak. Makanan tikus putih adalah biji-bijian, akar berdaging, daun, batang dan serangga.

Tikus putih sering digunakan sebagai sarana penelitian biomedis, pengujian dan pendidikan. Kaitannya dengan biomedis, tikus putih digunakan sebagai model penyakit manusia dalam hal genetika. Hal tersebut karena kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan bio-kimia-nya cukup dekat dengan manusia. Tikus putih yang dimaksud adalah seekor tikus dengan seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ekor serba putih, sedangkan matanya berwarna merah jambu.

Selain tikus putih, jenis tikus yang sering digunakan untuk penelitian tikus putih besar (rattus norvegicus). Dilihat dari struktur anatomisnya, tikus putih memiliki lima pasang kelenjar susu. Distribusi jaringan mammae menyebar, membentang dari garis tengah ventral atas panggul, dada dan leher. paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru kanan terdiri dari empat lobus.

Ternyata tikus putih alias mencit ini tidak hanya untuk pakan reptil Hewan Peliharaan saja. Tikus yang untuk pakan reptil adalah tikus putih biasa atau tikus afkiran. Tikus putih juga biasa digunakan untuk penelitian. Banyak mahasiswa STIKES atau mahasiswa Kedokteran dan Farmasi yang memanfaatkan tikus putih sebagai objek penelitian.

Harga tikus putih untuk penelitian tentu saja jauh lebih tinggi daripada tikus untuk pakan. Karena tikus-tikus untuk penelitian biasanya memerlukan persyaratan khusus. Misalnya: keseragaman galur, umur, dan bobot tubuh. Cara pemeliharaannya pun juga sedikit berbeda, lebih diperhatikan masalah kebersihan dan pakannya.

Permintaan tikus putih untuk penelitian ada spesifikasinya. Jenis tikus yang biasa untuk penelitian selain mencit (Mus musculus) adalah tikus putih besar (Rat) dari spesies Rattus norvegicus. Tetapi sekali lagi bukan sembarang Rattus norvegicus yang diminta untuk penelitian. Galur/strain Rattus norvegicus yang biasa diminta untuk penelitian dari galur Wistar dan Sprague Dawley (SD).

Umunnya penelitian mahasiswa di Indonesia menggunakan galur Wistar. Sekarang ini, usaha untuk mengembangbiakkan tikus putih sebagai pakan Hewan Peliharaan sudah mulai marak. Hal ini dikarenakan fungsi tikus putih yang beraneka ragam, serta harganya yang semakin mahal. Usaha untuk mengembangbiakkan tikus putih bisa melalui perusahaan besar yang bertugas mensuplai kebutuhan laboratorium sebuah institusi pendidikan, serta dari usaha perorangan yang melihat bisnis budidaya tikus putih adalah sebuah bisnis yang menjanjikan. Langkah pertama dalam budidaya tikus putih adalah menyiapkan indukan.

Indukan yang baik dan sehat, kemungkinan besar akan menghasilkan keturunan yang baik dan sehat. Untuk membudidayakan tikus putih tidak perlu menggunakan tempat khusus. Tikus putih hanya perlu ditempatkan di bak-bak plastik sederhana, dengan tetap memperhatikan sirkulasi udaranya. Tidak ada makanan khusus yang harus disediakan untuk budidaya tikus putih. Tetapi ada sebuah pengalaman dari seorang pakar yang telah berhasil membudidayakan tikus putih selama bertahun-tahun bahwa : taoge merupakan makanan yang bisa dikonsumsi oleh tikus putih untuk memperbanyak anakan tikus.

Indukan yang diberi makanan taoge biasanya akan menghasilkan anakan yang sangat banyak. Rata-rata periode kehamilan tikus putih adalah duapuluh hari. Pada masa itu, tikus putih yang sedang hamil harus dipisahkan dari tikus yang lain. Tujuannya adalah menghindari terjadinya stress pada tikus yang sedang hamil. Setelah beberapa hari, indukan tikus akan segera melahirkan anaknya yang berwarna merah. Untuk tikus muda, sekali melahirkan bisa menghasilkan empat ekor anakan, dan untuk tikus dewasa bisa menghasilkan sepuluh ekor anakan. Pada masa-masa itu, seorang peternak tikus putih harus selalu memperhatikan makanan bagi indukan tikus supaya gizinya terpenuhi.

Bisa dibayangkan jika seekor tikus untuk sekali melahirkan mampu menghasilkan empat sampai dengan sepuluh ekor anakan, serta hanya memerlukan waktu duapuluh hari untuk masa kehamilannya, usaha budidaya tikus putih akan berkembang dengan sangat cepat. Dan dengan pertimbangan kebutuhan tikus putih yang semakin lama semakin meningkat, menjadikan peternak tikus putih semakin antusias untuk mengembangkan usahanya.

10/26/11

Burung Jalak Bali

Jalak Bali yang bernama asli Curik Bali Sepintas penampilannya burung ini mirip dengan burung Jalak Putih dan burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Curik Putih, merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savana.

Di habitat aslinya, jalak bali sangat rawan perburuan untuk dijadikan Hewan Peliharaan sehingga populasinya diperkirakan tinggal belasan. Selain itu, kerusakan lingkungan yang masih terjadi di Taman Nasional Bali Barat turut menghambat pertumbuhan populasi burung ini. Tidak mengherankan bila survei terbaru yang dilakukan awal tahun 2005 hanya menemukan lima ekor jalak bali di alam. Musim kawin jalak bali biasanya berlangsung Oktober-November, mereka membuat sarang di pepohonan dengan tinggi kurang dari 175 cm. Mereka suka semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka, berbatasan dengan kawasan hutan yang rimbun dan tertutup. Bahkan, di masa lalu tak jarang dijumpai jalak bali yang membuat sarang di perkebunan kelapa dekat permukiman penduduk. Kesukaannya hidup di tempat terbuka ini pula yang membuat mereka mudah ditangkap di alam.Untuk mengembalikan populasi jalak bali, tidak hanya penangkaran yang dilakukan tetapi juga upaya penyelamatan dan penjagaan hutan yang menjadi habitatnya.

10/25/11

Jalak Suren Burung Jinak Penjaga Rumah

Burung Jalak Suren adalah burung jinak yang dipercaya mampu menjadi penjaga rumah yang handal, burung jalak suren ini peka terhadap situasi disekelilingnya. Jika ada orang datang Hewan Peliharaan ini akan bersuara nyaring dan bervariasi sehingga dengan memelihara burung ini rumah akan selalu terjaga setiap hari.

Jalak suren yang memiliki bahasa ilmiah (latin) Sturnus contra jalla, bisa dipahami kalau banyak orang yang menjadi burung ini sebagai Hewan Peliharaan. Ada empat alasan orang memelihara jalak suren yaitu;
1. Untuk menjaga rumah.
2. Untuk kesenangan. 
3. Dijadikan  master bagi whamei atau whabi, kecerewetan jalak suren akan merangsang burung lain untuk mengeluarkan nyanyiannya, sehingga memancing suara burung lain agar ikut berkicau.
4. Untuk ditangkarkan. Usaha penang-karan dilatarbelakangi oleh kesa-daran terhadap kelestarian jenis burung ini dan alasan ekonomis. Jalak suren hasil penangkaran dapat diperjualbelikan dengan harga Rp 350.000,00 per pasang.

Membedakan Jalak Suren
Jalak suren mulai dewasa pada umur 8-10 bulan. Ciri fisik dan tingkah laku burung jantan dan betina mulai bisa dibedakan.

Jantan
Memiliki tubuh berbentuk lurus dengan ukuran relatif lebih besar dari betina. Tubuhnya lonjong dan panjang, kepa-lanya lebih besar dan bulat, paruhnya relatif lebih panjang dan kokoh. Bulu kepala, punggung, dan dada berwarna hitam legam dan mengilat.

Warna merah pada kulit di atas mata lebih cerah dan jelas. Pada bagian yang memiliki bulu warna putih, di tubuh bagian bawah, kelihatan lebih bersih. Ekornya sedikit lebih panjang dan menyatu. Jari-jari kakinya lebih panjang dan lebih kokoh. Jambul kepalanya lebih panjang dan lebih melebar saat mengembang.

Betina
memiliki bentuk tubuh bulat dan pendek. Warna hitam dan putihnya agak suram. Paruh, jari kaki, dan ekornya lebih pendek dan halus. Kepalanya agak ramping. Warna merah pada bagian mukanya lebih pucat dibanding burung jantan. Selain itu, aktivitas dan gerakan burung jantan relatif lebih lincah dan agresif dari yang betina. Suara ocehannya lebih cerewet, bervariasi, dan lebih keras dari betina.

Burung Jalak

Burung Jalak Merupakan Salah satu Hewan Peliharaan burung kicau yang mudah jinak dan dapat mengenali siapa pemiliknya. Makanan burung ini adalah serangga, buah-buahan dan terkadang diberikan voer. Burung ini memiliki paruh yang kuat, tajam dan lurus, untuk ukuran tubuh sedah, gagah dan berkaki panjang sesuai dengan tubuhnya.

Untuk membedakan jenis burung nih antara jantan dan betina agak sulit yaitu dengan membedakan dan memeriksa daerah kloaka. Jenis Hewan Peliharaan ini ada 25 spesies, burung jalak yang sering menjadi Hewan Peliharaan antara lain; Jalak Suren, Jalak Putih, Jalak Bali dan Jalak Kerbau.

10/21/11

Lomba Burung Berkicau

Dalam sebuah perlombaan atau kontes, sudah barang tentu terdapat kriteria-kriteria standar atau kriteria-kriteria tertentu dalam penilaian. Begituh juga halnya dengan kontes burung berkicau atau yang lebih kita kenal dengan Lomba Burung Berkicau.

Penghobi Burung yang mulai menapakkan kakinya di Lapangan Lomba (Arena Lomba), disamping harus berkonsentrasi membentuk gacoannya agar tampil bagus di lomba, sebaiknya juga harus mengetahui apa saja yang menjadi Kriteria Dasar Penilaian Lomba Burung Berkicau.

Hal ini menjadi hal yang sangat penting, agar rekan-rekan pelomba bisa mem-fokuskan perawatan Hewan Peliharaan burung (gacoan) pada point-point utama yang menjadi penilaian.

Ada 3 Kriteria Dasar Penilaian Lomba Burung Berkicau yang sudah sejak lama disepakati bersama,  yaitu:

1. Irama dan Lagu (ini menjadi penilaian yang utama)

Irama lagu adalah suatu bunyi yang memiliki alunan nada dengan tempo ketukan yang teratur dan serasi. Irama lagu meliputi kombinasi naik turunnya nada, kombinasi panjang pendeknya nada dan permainan speed irama yang menjadi harmoni selaras (suatu lagu) yang enak didengar (tidak fals).

Irama lagu yang baik adalah irama lagu yang lengkap (bervariasi, keaktifan bunyi  atau gacor, ada tonjolan, permainan speed ritme lagu, spasi nada, isian-isian yang sesuai dengan nada-nada yang lain, tidak terpotong-potong dan tidak diulang-ulang). Irama lagu juga harus membentuk keserasian bunyi yang harmonis.

Disamping itu, burung harus rajin melantunkan irama-irama lagu yang memukau sewaktu Lomba. Terlalu lama ngetem dan sering ngetem (kurang rajin berkicau), menjadi salah satu aspek penilaian di point ini.

2. Volume dan Suara (suara harus bersih, nyaring dan lantang)

Volume suara disini bukanlah berarti "peak power" atau hanya kerasnya bunyi suara burung, tetapi lebih menitik beratkan kepada kualitas suara burung. Bukan volume suara yang paling keraslah yang baik, tetapi harus ada unsur-unsur lainnya seperti kemerduan suara.

Kualitas volume suara burung yang baik adalah suara burung yang empuk (medium) tidak cempreng, suaranya bersih (kristal) tidak parau dan bersuara nyaring (lantang).


3. Fisik dan Gaya (burung tampil dengan baik dan menarik)

Penilaian Fisik dan Gaya Burung meliputi;

3.1 Untuk penilaian Fisik dapat dilakukan dengan penglihatan secara langsung. Yaitu burung harus sehat, tidak ada cacat (burung dalam kondisi utuh), warna bulu burung yang baik dan sempurna (bulu tidak kusam) dan lainnya yang bisa terlihat.

3.2 Untuk penilaian Gaya, ini sangat dinamis tergantung masing-masing karakter jenis burung. Tapi intinya, burung bunyi (berkicau) di atas tangkringan dan tampil menarik sewaktu berkicau.

Pada setiap Lomba Burung Berkicau, point utama terletak pada irama dan lagu atau bisa diartikan bahwa lomba ini adalah seni suara burung dan ternyata irama burung ini tidaklah muncul dengan sendirinya, tetapi harus dilatih terus menerus.

10/20/11

BURUNG DECU

Burung decu merupakan salah satu Hewan Peliharaan jenis burung kicauan yang kalau boleh dibilang termasuk tipe burung yang sangat pandai, dengan kepandaiannya burung tersebut bisa dengan mudah menirukan suara-suara jenis burung lainnya dan selain itu Hewan Peliharaan ini juga merupakan salah satu jenis burung petarung (fighter) seperti halnya murai batu, kacer dan sulingan atau tledekan. Dengan tubuh sebesar burung gereja, burung decu jantan memiliki warna tubuh dominan dengan warna hitam dan ada warna putih di pantat dan bagian sayap. Decu betina hampir sama dengan jantan tetapi memiliki bulu yang lebih pudar warnanya. 

Suaranya yang merdu juga merupakan daya tarik tersendiri para kicau mania untuk mengoleksinya sebagai Hewan Peliharaan, disamping dibeberapa daerah burung tersebut juga sudah termasuk dilombakan. Di alam bebas decu termasuk tipe jenis burung pemakan serangga, sehingga bagi para kicau mania apabila kita menginginkan kondisi decu kita selalu vit maka kosumsi EF nya mesti selalu kita jaga disamping voor yang selalu kita sediakan setiap hari. Hal penting yang juga berpengaruh terhadap perkembangan decu kita adalah penjemuran yang cukup memadai.

Dari sisi suara, burung decu ini mampu membawakan berbagai jenis lagu tergantung isian yang diberikan kepadanya, tetapi dengan ciri utama lengkingan-lengkingan kristal. Saat ketemu lawan kicau, dia akan berkicau sambil bergoyang buka sayap dan ekor seperti halnya burung kacer atau poci/sekoci. Burung ini termasuk pemakan serangga dan mudah dipelihara bahkan ditangkarkan. Namun karena memang sudah sedikit populasinya, burung ini tidak sepopuler burung tledekan atau sulingan.

10/19/11

Burung Berkicau

Burung termasuk Hewan bertulang belakang dan memiliki jenis-jenis yang bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil sampai burung yang lebih tinggi dari manusia, burung unta. Burung dibagi menjadi dua macam yaitu burung hias dan Burung Berkicau

Semua burung yang dapat bernyanyi atau mengeluarkan suara yang merdu disebut burung berkicau dan rata-rata burung ini menjadi Hewan Peliharaan oleh manusia untuk dilombakan dan jika burung tersebut menang, maka burung berkicau memiliki nilai plus tersendiri. Burung berkicau sangat diminati di Indonesia dengan adanya perlombaan-perlombaan. 

Burung berkicau biasanya berukuran kecil dengan suara merdu dan pandai meniru suara burung-burung lain. Suara yang dikeluarkan oleh burung-burung ini berbeda-beda dari yang merdu sampai yang berceloteh.

10/18/11

Budidaya Burung

Ada banyak spesies burung yang hidup dimuka bumi ini dan sebagian dari mereka bermanfaat bagi manusia, baik telurnya, dagingnya, sarangnya, atau bulunya. Selain itu, mereka pin bisa menjadi Hewan Peliharaan atau diikut sertakan dalam lomba. Agar jumlah mereka di dalam bebas tidak berkurang, maka sebagain orang berusaha untuk membudidayakan burung-burung tersebut, bahkan bisa dimungkinkan bertambahnya jenis-jenis spesies baru dari burung-burung yang dibudidayakan akibat dari perkawinan silang.

Namun ingat, setiap burung memiliki kebiasaan yang berbeda-beda, maka dari itu sebelum memulai untuk budidaya burung Hewan Peliharaan anda ada baiknya mempelajari terlebih dahulu mengenai burung tersebut atau anda dapat bertanya kepada ahlinya.

10/14/11

Jenis-Jenis Burung

Burung  sebagai Hewan Peliharaan merupakan jenis hewan yang memiliki tulang belakang, mempunyai sayap, mulut berupa paruh, dan juga berbulu. Sebagian besar burung bisa terbang meskipun ada sebagian burung  yang memang tidak dapat terbang.

Para peneliti dunia membedakan jenis burung menjadi 10.000 jenis burung, mulai dari burung Hewan Peliharaan yang kecil (kolibri) sampai burung yang besar (burung unta) dan dapat dibedakan menjadi burung asli (endemik) atau burung pendatang.

Begituh beragamnya jenis burung dan kebanyakan dari Hewan Peliharaan ini hidup di suatu daerah atau pulau yang tidak dihuni manusia. Pada umumnya jenis burung disuatu daerah tidak sama dengan daerah lainnya dan ini bisa menjadi ciri khas daerah tersebut. Namun karena burung bisa terbang dan mereka biasanya mencari suhu yang panas maka tiap musim dingin tiba banyak burung yang bermigrasi mencari daerah yang lebih panas.

10/13/11

Burung Parkit Jenis Burung Yang Setia

Burung Parkit termasuk Hewan Peliharaan yang terkenal dengan kesetiaannya dengan pasangannya ini dan termasuk jenis burung yang  sangat mudah dipelihara. Hal ini dikarenakan merekan mudah beradaptasi dalam kandang penangkaran.

Pada saat akan berlangsung perkawinan, sang jantan akan bernyanyi dengan mengeluarkan nada-nada merayu untuk memikat sang betina dan bila ada kecocokan maka perkawinanpun akan berlangsung.

Sang betina akan bertelur sedangkan sang jantan akan menjaga diluar sarang sambil bersiul dan juga mengusir apabila ada pengganggu yang mendekat.

10/12/11

Penanganan Burung Kenari Sakit

Burung Kenari termasuk jenis burung yang pandai menyembunyikan sakitnya…. Mungkin naluri alamnya masih berfungsi, agar tidak menjadi mangsa binatang buas maka kenari harus mempelihatkan kondisi fisik yang prima. Hewan Peliharaan ini akan menghindar terlihat sakit ketika kenari merasa terancam. Kenari akan terlihat sakit jika penyakitnya sudah cukup parah sehingga kenari tidak bisa menyembunyikan lagi kondisi fisik sebenarnya…. Padahal penyembuhan kenari yang bagus pada saat sakitnya masih ringan (belum parah). Dipasaran obat maupun multivitamin khusus kenari masih cukup sulit ditemukan, hanya ada di tempat-tempat tertentu…. jadi sebelum kenari sakit parah kita harus tahu gejala awal kenari sakit.

Adapun ciri-cirinya :
1. Bulu terlihat kusam, kotor dan tidak mengkilap
2. Sorot mata sayu kadang-kadang suka memejamkan mata seperti tidur
3. Bulu-bulu sekitar kepala dan leher terlihat merinding

Jika Anda melihat ciri-ciri seperti diatas maka usahakan tanggulangi secepatnya dengan memberi obat yang sesuai dengan penyakitnya, atau kalau deket dengan dokter hewan bisa langsung dibawa ke dokter hewan. Setelah kenari diberi obat langkah selanjutnya yaitu :

1. Memberikan kehangatan
Kenari yang sedang sakit fisiknya lemah sehingga membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk mempertahankan kondisi fisiknya. Salah satu pertolongan awal terhadap kenari sakit yaitu dengan memberikan kehangatan… Untuk meningkatkan kehangatan di sangkar dipasang lampu dengan daya sekitar 40 watt.

2. Memberikan pakan ektra
Kenari yang mengalami sakit rata-rata kurang makan, untuk meningkatkan napsu makan bisa diberi makanan yang disenangi kenari seperti telor puyuh, biji sawi atau makanan lainnya. Untuk kasus-kasus tertentu kita harus menyuapi kenari agar mau makan, makanan yang diberikan harus berbentuk bubur (bisa menggunakan bubur bayi)

3. Memberikan minuman
Kenari sakit jarang minum, kita harus membantu kenari agar mau minum… bisa dibantu memberi minum dengan cara meneteskan air ke mulut kenari, ketika meneteskan air ke mulut kenari harus hati-hati jangan sampai masuk ke rongga pernapasan. Ketika kenari sakit kalau tidak ingin repot bisa memasukkan obat ke dalam air minum kenari

4. Memberikan ketenangan
Terakhir untuk memulihkan stamina kenari harus diberikan ketenangan, cara memberikan ketenangan yaitu dengan mengerodong sangkar kenari… Langkah selanjutnya peternak/hobis kenari harus punya stok obat atau multivitamin khusus kenari… karena kita tidak tahu kapan penyakit menyerang kenari Hewan Peliharaan kesayangan kita. Tetapi yang utama adalah lebih baik menanggulangi dari pada mengobati.

10/11/11

CIRI-CIRI BURUNG YANG SAKIT

1. Mata
Pada mata keluar sekretum (cairan yang tidak normal atau tidak biasanya), berubah warna atau kecerahannya, sayu, mata dipejampejamkan, dan terjadi pembengkakan di sekitar mata.

2. Lubang hidung (nostrils)
Dari lubang hidung keluar ingus, sesuatu yang membeku sehingga menutupi nostril dan bersin-bersin atau membuka-buka paruhnya karena sesak nafas. Selain itu, bulu-bulu di sekitar nostril dan kepala pada umumnya kotor karena sering digaruk atau diusap.

3. Sayap dan bulu
Bulu tampak suram dan kusut, sayap lunglai (baik sebelah atau keduanya), perilaku menata bulu-bulu hilang atau tidak dilakukan.

4. Napsu atau perilaku makan
Napsu makan turun atau hilang, tidak pandai mematuk makanannya, dan berat badan menurun.

5. Keseimbangan
Burung tampak sempoyongan, tidak mampu atau sukar bertengger (biasanya burung ada di lantai kurungan), dan tidak suka bergerak (inaktif),

6. Sendi tulang
Pada sendi tulang terjadi pembengkakan dan berubah bentuk (deformitas, malformation).

7. Kebiasaan sehari-hari
Kebiasaan sehari-hari yang biasa dilakukan tidak dilakukan lagi, tidak suka mandi-mandi, tidak berkicau, suara kicauannya berubah, dan lain-lain.

8. Tubuh
Terdapat jendolan atau timbunan sesuatu masa di manapun pada tubuhnya. Dari semuanya itu apabila Anda menemukan pendarahan dari manapun keluarnya adalah merupakan tanda keadan gawat darurat. Dengan demikian, Anda dianjurkan untuk segera mencari pertolongan dokter hewan. Untuk mendapatkan pertolongan sedini mungkin apabila Anda mendapatkan gejala-gejala tersebut sebaiknya cepat berkonsultasi kepada dokter hewan langganan Anda! Apabila Anda membawa burung yang sakit tersebut kepada dokter hewan sebaiknya kurungan diselimuti kain atau kertas koran untuk mengurangi keadaan stres Hewan Peliharaan anda. Kurungannya sementara waktu tidak dibersihkan dahulu agar dokter dapat mengamati feces, tempat makan atau minum, dan sebagainya.